Jumat, 03 Oktober 2014

Tiga Bulan Men-jomblo, Pria Ini Keluarkan Single Terbarunya yang Berjudul "Belum Saatnya Kita Menyerah"


Seorang pria berinisial MTP (sebut saja dia "Mei") telah berkarir solo selama 4 tahun ini. Karir solo-nya dimulai semenjak bubarnya Kyuu-ku band pada tahun 2009. Ya, pria ini adalah vokalis tunggal yang sekaligus merupakan salah satu pendiri Kyuu-ku Band, sebuah band yg cukup fenomenal pada waktu itu.

Kyuu-ku Band


“Setelah Kyuu-ku bubar, saya memilih berkarir solo dan lebih fokus pada lagu-lagu slow yang bertajuk percintaan,” ujar Mei saat ditemui admin talota.com beberapa hari yang lalu.
Keterbatasan skill nya dalam memainkan alat musik menjadi salah satu penyebab kenapa dia memilih lagu slow.

“Lagu slow itu tempo-nya lambat, lebih gampang dimainin, kalo untuk lagu nge-beat, jari saya nggak sanggup mengimbanginya, vokalnya juga nggak gampang karena saya udah terbiasa bawa lagu slow dan mainin vibra panjang,”  ujarnya.

Meski lebih sering mengeluarkan lagu-lagu galau, namun ada beberapa lagu di playlist Mei yang bertema santai seperti lagu Bersama Cinta dan lagu Lukisan Mimpi yang bertajuk semangat akan tetapi lagu ini masih berupa demo akustik.

“Rencananya waktu itu, setelah aransmen ulang lagu Tak Sesempurna Dulu  saya mau menyelesaikan lagu Lukisan Mimpi, tapi waktu lagi mikirin susunan musiknya, tiba-tiba saya dapet inspirasi buat lagu ini. Yaudah, sekalian aja dilanjutin sampai bener-bener selesai.”

Mei tidak menampik bahwasannya dia memang lebih suka lagu-lagu galau. Meski begitu, Mei mengakui bahwa dia tetap harus memenuhi tuntutan industri musik pada saat ini.

“Ya, kalau orang maunya begitu. Walaupun saya lebih suka lagu slow, ya tetap harus profesional *sokprofesional haha”

“Dulu itu saya emang belum sanggup bikin, tapi kalo sekarang udah bisa, cuma memang mungkin hasilnya nggak sebagus bikinan orang yang aliran musiknya kayak gitu. Ya, tiap orang kan punya selera musik masing-masing.”

Mei mengungkap bahwa meski dia jarang mengeluarkan lagu bertempo cepat, namun dia selalu berlatih memainkan instrumen musik dan memperkaya kemampuan vokal-nya untuk dapat mengakomodasi tuntutan dari Industri Musik Indonesia pada saat ini.

Inilah lirik dari single terbaru Mei yang berjudul Belum Saatnya Kita Menyerah  yang dikeluarkan beberapa hari yang lalu :


Kita semua pernah terjatuh
kita semua pernah terluka
tapi kita tak seharusnya menyerah
dengan kenyataan yg tak sejalan
dalam hidup kita

Bridge :
janganlah kau takut, aku di sini
menopang hatimu tuk tetap berdiri tegak

Reff:
lepaskan dan teriakkan
mimpi-mimpi indah kita
jangan biarkan dunia merenggut semua kebahagiaan
bernyanyilah bersamaku
lepaskan semua sesal masa lalu
belum saatnya kita menyerah

kita tak boleh putus asa
kita harus selalu percaya
bahwa Tuhan takkan berikan cobaan
yang takkan mampu tuk kita jalankan

back to bridge
back to reff 


Cek Lagunya Disini

Selasa, 29 Juli 2014

Sebuah Pilihan

Sebuah pilihan selalu memiliki konsekuensi, seperti sebuah cerita yang selalu punya sisi indah untuk dikenang. Ya, dulunya kupikir memilih Sekolah Tinggi Ilmu Statistik sebagai tempatku melanjutkan pendidikan adalah pilihan yang paling menjanjikan, namun apakah benar? Apakah STIS benar-benar menjanjikan untuk masa depan? Apakah kuliah di STIS benar-benar lebih baik daripada kuliah di universitas maupun perguruan tinggi kedinasan lainnya?



Aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya. Ketertarikan ku pada

Jumat, 16 Mei 2014

Secarik Lagu

Malam ini aku ingin bercerita padamu tentang diriku yang hidup dalam nyanyian. Aku terlahir sebagai seorang manusia biasa, dengan kecintaan yang tidak biasa pada musik. Ya, ini mutlak adalah anugerah Tuhan jika akhirnya aku mendapatkan sesuatu yang menjauhkanku dari "pelampiasan yang buruk" yang berakar pada emosi diri tanpa kontrol ini.

Aku membuang semua rasa benciku pada hal-hal yang memuakkan di dalam alunan nada, menjadikannya sebuah lagu dan menyimpannya dalam harddisk 500gb di internal laptopku. Hingga kini semua nyanyian itu terekam dan tersimpan dalam memory yang kokoh. Yang ketika aku buka dan kudengar lagi, nyanyian itu membawaku terbang ke dalam ingatan tanpa batas. Itulah arti musik, sebuah ingatan yang terekam indah dalam nada.

Saat kalian bicara soal skill dan kemampuan bermusik, aku akan angkat tangan dan melambai pada kamera. Aku lemah. Kemampuanku dalam bernyanyi masih jauh dan kepandaianku dalam bergitar tak dapat mengimbangi ide-ide kreatif yang mendesak jiwaku untuk melantunkan keindahan. Aku muak jika harus mengatakannya, tapi aku akui, aku merasa sulit menciptakan nada baru jika tidak ada seorang pemain yang ahli mendampingiku untuk memainkan nada. Namun

Selasa, 08 April 2014

Apa yang Saya Pikirkan Ketika Membaca Apa yang Mereka Tulis

Lihatlah semua ini, tidak ada yang nyata. Dunia yang ideal itu tidak akan pernah ada. Semua berbeda setelah kita tau. Semua semu ketika kita lihat kenyataan. Saat kita merasa telah menemukan kebenaran, ketika itu pula ada ketidak-benaran yang terselip. Semua motivator slalu berbicara positif meski mereka tahu itu hanya ilusi, dan tepatnya mereka lakukan itu karena "uang". Kalau memang bukan karena uang, coba saja memotivasi orang pedalaman, orang-orang kampung yang tidak punya uang. Faktanya tidak ada. Semua hanya berbicara. Seperti para politikus yang saling menjatuhkan. Berusaha menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian lain yang dianggap berkaitan dan menyudutkan orang lain tanpa bukti. Menghubungkan hal tanpa fakta hubungan yang riil dan membawa nama agama dalam kekotoran politik. Sungguh keji!

Akupun diam memandangi fenomena ini. Begitu banyak orang yang merasa sudah tahu seluruh isi dunia ini tanpa mementingkan bukti dan praduga tak bersalah, melumpuhkan logika demi sebuah pemikiran ekstrim tentang sebuah paham agama. Mereka

Senin, 03 Februari 2014

Inilah Peta "Urat Nadi" Internet Dunia 2014


KOMPAS.com - Sekitar akhir tahun 2013 lalu, jaringan Internet salah satu operator seluler di Indonesia sempat mengalami gangguan. Usut punya usut, hal itu disebabkan karena jaringan sistem komunikasi kabel laut antara Indonesia dan Singapura terputus karena terkena jangkar kapal.

Kabel laut memang menjadi tulang punggung jaringan komunikasi dunia saat ini. Dari peristiwa putusnya kabel Indonesia - Singapura tersebut, mungkin kita jadi bertanya-tanya, seperti apakah jaringan kabel bawah laut dunia itu?

Peta yang

Jumat, 31 Januari 2014

Koran Facebook Siap Sambangi iOS



KOMPAS.com - Aplikasi pembaca berita buatan Facebook, Paper, akan segera diluncurkan awal Februari 2014. Ini sedikit mundur dari rencana awal Paper dirilis di akhir Januari.

Paper, yang menyerupai aplikasi pembaca berita seperti Flipboard dan Feedly, akan mulai diperkenalkan pada 3 Februari 2014. Namun, untuk awalnya, Paper hanya tersedia bagi pengguna iOS di Amerika Serikat.

Dalam postingan di 

Minggu, 26 Januari 2014

Internet Terkencang, Unduh Film HD Cuma 1 Detik


KOMPAS.com — Alcatel-Lucent dan British Telecom (BT) melaporkan telah berhasil mencapai kecepatan koneksi internet terkencang sebesar 1,4 terabit per detik (1 terabit per detik = 1.000.000 megabit per detik/Mbps). Angka itu disebut cukup untuk mentransfer "44 film Full HD" dalam waktu hanya satu detik.
Sebagaimana dikutip dari BBC, kedua perusahaan melakukan pengujian kecepatan jaringan di sambungan sepanjang 410 km antara menara BT di kota London dan Ipswich menggunakan kabel fiber optik dan hardware kelas komersial.

Meski belum akan dirasakan oleh konsumen dalam waktu dekat, hasil uji tersebut dipandang sebagai sebuah terobosan karena menunjukkan bahwa infrastruktur yang sudah ada mampu menunjang kecepatan yang jauh lebih tinggi tanpa memerlukan upgrade mahal.


Pihak Alcatel-Lucent mengatakan bahwa

Jumat, 17 Januari 2014

Pungutan Internet Tinggi, FPI dan APJII Datangi MK




JAKARTA, KOMPAS.com - Front Pembela Internet (FPI) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mendaftarkan gugatan uji materi ke Mahkamah Konstitusi terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sektor telekomunikasi, Jumat (17/1/2014). 


Uji materi itu ditujukan terhadap Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (UU PNBP) dan Pasal 16 dan Pasal 26 Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi (UU Telekomunikasi).


Juru bicara FPI, Suwandi Ahmad mengatakan, dua UU ini inkonstitusional karena telah melanggar hak berusaha dan hak mendapatkan informasi. Dalam industri telekomunikasi ada berbagai macam PNPB, yaitu Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) frekuensi, telekomunikasi, jasa telekomunikasi, dan konten.


"Industri telekomunikasi, khususnya penyedia jasa internet, merasa terlalu terbebani oleh berbagai biaya BHP," kata Suwandi dalam siaran pers yang diterima KompasTekno.


Selain itu, menurut Suwandi, rumusan tarif BHP jasa telekomunikasi dinilai tidak fair, karena dihitung 1% dari pendapatan kotor (revenue). Sedangkan pajak pendapatan badan saja dihitung berdasarkan keuntungan (pendapatan dikurangi pengeluaran). 


Selain itu, pendapatan-pendapatan dari usaha sampingan, yang sebenarnya dari usaha non-telekomunikasi, juga dihitung sebagai revenue yang menjadi obyek BHP.


"Masalah hukumnya adalah,

Jumat, 10 Januari 2014

Beli TV 4K Sekarang, Untuk Apa?



Perbandingan ukuran resolusi layar
Pabrikan-pabrikan televisi berlomba-lomba memamerkan teknologi dan inovasi mereka di ajang CES 2014. Banyak dari mereka yang memajang televisi dengan ukuran raksasa, teknologi layar cekung, atau display dengan resolusi 4 kali Full HD, atau yang disebut dengan 4K. Namun apakah semua teknologi itu bisa diterima?
Inovasi di segmen konsumer elektronik, khususnya televisi, berkembang sangat pesat. Dimulai semenjak diperkenalkannya beragam materi yang digunakan sebagai layar, seperti LCD, LED, plasma, dan OLED. Pengamat teknologi, Farhad Manjoo menulis di The Wall Street Journal, Rabu (8/1/2014) bahwa teknologi televisi sudah menemui jalan buntu.

Kembali ke sekitar tahun 2010 dimana saat itu pabrikan-pabrikan TV banyak yang memperkenalkan teknologi 3D. Teknologi tersebut gagal karena masih dianggap aneh, konsumen harus menggunakan kacamata 3D yang masih kurang nyaman digunakan, sering membuat pusing, dan kurang menarik karena konten 3D sangat terbatas.

Gagalnya teknologi 3D tidak lantas membuat pabrikan TV kapok berinovasi. Kini mereka kembali menghadirkan lompatan teknologi yang jauh, namun pasar belum siap menerimanya, seperti TV dengan resolusi 4K.

Hal tersebut membuat kita bertanya-tanya, sebenarnya sebesar apa